Sabtu, 21 Juni 2014

Sosialisme Hari Ini dan Esok

Sosialisme Islam
Sosok Ali Syari’ati di Tengah Perggulatan Ideologis Antara Islam dan Marxisme
Hingga detik ini khasanah keilmuan masih cenderung menempatkan polarisasi ekstrim antara agama di satu titik dengan Marxisme di titik lain. Agama dan Marxisme dipandang sebagai dua kekuatan yang kontradiktif dan cenderung bertolak belakang secara diametral. Marxisme dikutuk karena telah menolak eksistensi agama, lebih keras lagi agama menyatakan Marxisme adalah doktrin sesat yang tidak perlu diikuti. Realitas tersebut didasari bahwa Marxisme mengangkat salah satu dogma yang menunjukan sikap religio-phobia dan antipasti terhadap keyakinan pada sifat-sifat metafisik dan non-materi.
Memang secara factual agama dan Marxisme adalah satu hal yang kontradikstif. Akan tetapi jika analisis terhadap Marxisme tidak berhenti pada diskursu tentang agama untuk kemudian dielaborasi lebih jauh, Marxisme mengandung seperangkat pandangan komprehensif tentang filsafat, ekonomi dan politik. Di tempat yang bersebrangan, agama sendiri tidak semata-mata doktrin tunggal yang berbicara panjang seputar theism dan hubungan manusia dengan tuhan an sich. Agama pun memberikan nilai-nilai dasar sebagai pijakan manusia untuk memaknai kehidupan serta membangun hubungan social dan kemasyarakatan. Artinya agama dalam konteks vertical merupakan doktrin moral yang meniscayakan kepercayaan tuhan sebagai causa prima dan penerimaan atas aspek-aspek metafisik-nonmateri sebagai perwujudannya. Kemudian dalam konteks horizontal ia hadir membawa pesan-pesan nilai demi menggapai cita-cita tinggi manusia untuk menciptakan harmoni kehidupan bersama.
Karakteristik Sosialisme Islam
Analisis sejarah islam menunjukkan bahwa islam sendiri muncul sebagai agama revolusioner dan sejak itu pula telah bekerja sebagai suatu gerakan revolusioner yang berkesinambungan. Hubungan egaliter antara kelompok masyarakat yang terbagi menjadi suku-suku terbangun setelah kehadiran islam di jazirah Arab. Dalam ungkapan yang berbeda karakter sosialistik dalam islam dapat dinisbatkan pada upaya perwujudan nilai-nilai perjuangan pemusnahan penindasan bagi orang-orang miskin dan tertindas serta persamaan hak dan kewajiban antara seluruh masyarakat.
Islam dan Tanggungjawab Sosial
Sebagaimana kapitalisme, Islam secara normal mengakui kebebasan berusaha dengan lembagai kepemilikian pribadi, system pemasaran dan keuntungan. Akan tetapi ia berbeda dengan system kapitalis karena hak milik dalam islam bukan seluruhnya baik secara esensi maupun materi milik pribadi. Ada sebagian hak orang lain yang harus diberikan sebagai manifestasi tanggung jawab social, system tersebut dikenal dalam islam sebagai mekanisme zakat, infaq dan sedekah.
Ajaran rukun islam sejumlah lima adalah dasar bangunan islam yang keseluruhannya merupakan konstruksi terpadu dalam meletakkan landasan sosialistik islam. Syahadat menyatakan ketundukan manusia hanya kepada tuhan dengan menisbikan segala bentuk kekuasaan dan otoritas selainnya. Salat sebagai tiang islam mendidik manusia untuk menghadap seiring dalam satu gerak alam yang tersentral kearah rumah tuhan, ka’bah. Salat juga mengajarkan manusia sebuah kebersamaan dalam persaudaraan, kedudukan yang sejajar dengan alas yang sama, cara peribadatan yang sama, dan derajat yang sama dirumah tuhan. Zakat sebagai manifestasi penyucian harta, adalah wujud kepedulian terhadap sesame dengan menyisihkan sebagai harta untuk kaum lemah dan kekurangan, kehadiran zakat merupakan saran islam yang paling dasar untuk melembagakan keprihatinan terhadap nasib orang lain, dengan zakat kaum muslimin mengemban kewajiban kolektif untuk mendistribusikan kekayaan secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat. Puasa adalah bentuk empati yang ditunjukkan kepada kaum lemah dan miskin untuk ikut merasakan kepedihan diatas penderitaan dalam segala pengekangan terhadap kebutuhan-kebutuhan dasariah manusia. Haji sebuah prosesi peribadatan terakbar bagi kaum muslimin sedunia ke rumahnya, haji adalah cerminan persaudaraan seluruh umat muslim sejagad, ekspresi persamaan derajat antara manusia dengan manusia yang lain dibelahan bumi mana pun.
Sosilisme Islam Dalam Pandangan Ali Syari’ati
Memahami pemikiran Syari’ati membutuhkan sudut pandang luas dan analisis komprehensif yang disesuaikan dengan konteks dimana dan kapan dirinya berada, dalam kondisi social politik seperti apa ia dibesarkan. Analisis terhadap karakteristik pemikirannya akan mengantarkan kepada suatu garis besar bahwa produk pemikiran Syari’ati telah berhasil mengkonstruksi suatu pendekatan sosialistik dalam memahami Islam, yang demikian ia dapat golongkan ke dalam pencetus salah satu mazhab teori Sosialisme Islam.
Misi Pembebasan Islam
Dalam konteks pemahamannya terhadap Islam, Islam yang dimaksudkan Syariati berbeda dengan Islam yang secara umum dipahami ketika itu. Kondisi masyarakat dibawah rezim otoritarianisme Syah telah menggiring mereka kepada pendangkalan makna Islam hanya sekedar aktivitas ritual dan fiqh yang tidak menjangkau wilayah politik, terlebih masalah social masyarakat. Dalam analisis Syariati Islam telah membuktikan dirinya bahwa ia memilih suatu filsafat sejarah yang bersifat ilmiah dan didasarkan atas kesatuan, determinisme ilmiah umum, dan optimism humanistis dan historis yang positif, didasarkan atas pandangan tentang kemenangan tak terelakan dari golongan lemah dan tertindas.
Islam Tidak Mengenal Kelas
Islam menuntut terciptanya sebuah masyarakat berkeadilan, sebuah gerakan kebangkitan yang menentang penindasan, pemerasan dan diskriminasi sehingga mereka mendapatkan masyarakat yang “sama rata”, masyarakat yang membebaskan dirinya dari tirani, ketidakadilan dan kebohongan. Syariati berpendapat bahwa system islam lebih dinamis daripada system dunia yang lain. Terminology islam memperlihatkan tujuan yang progresif, secara kritis ia membedakan sumber-sumber terminology islam yang dihadapkan dengan barat.

Sosialisme Abad 21
Kiri Baru (New Left) Perkembangan dan Perpecahan
Kemunculan new left ini memuncak dalam momen historis lain yaitu tahun 1968 ketika gerakan-gerakan yang dipimpin mahasiswa melancarkan protes-protes menentang otoritas yang mapan di seluruh dunia, terutama di Prancis. New left sendiri tak pernah menjadi sebuah gerakan yang koheren, namun lebih merupakan sebuah bentuk ringkas dari ide-ide dan kecenderungan-kecenderungan yang tidak termasuk ke dalam tradisi-tradisi yang dominan. New left tidak selalu berwatak sangat teoritis atau bahkan sosialis. Sebagai contoh kampanye perlucutan senjata nuklir merupakan gerakan massa terbesar di Inggris pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an dan mendapatkan dukungan dari new left.
Sosialisme Hari Ini dan Esok
Para komentator liberal dan konservatif telah menyuarakan matinya sosialisme, patut dicatat bahwa beberapa dari mereka yang kiri tampaknya menganut sebuah kesimpulan yang sama. Pada tahun 2005 hanya beberapa rezim komunis yang masih hidup. Di China dan Vietnam Negara partai tunggal terus hidup namun system ekonominya semakin berdasarkan pada pasar kapitalis. Kaum sosialis sendiri memiliki reaksi yang beragam terhadap tantangan-tantangan yang sedang menghadang itu, jika kritik terhadap kapitalisme dan nilai-nilai kesetaraan, kerjasama, dan solidaritas social masih merupakan sesuatu yang sentral bagi sosialisme, maka kita juga harus memandang nya secara kritis dibawah cahaya pengalaman abad ke 20.
Sosialisme dimasa depan harus bersifat demokratis baik dalam organisasinya maupun dalam institusi-institusinya yang lebih luas dimana dia beroperasi. Jika kaum sosialis menerima demokrasi ini berarti pula menerima sebuah system multipartai, salah satu atau beberapa partai ini akan lebih bisa digunakan sebuah kendaraan untuk memajukan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan sosialis, karena meski ada banyak kritik nyata terhadap sosialisme partai-partai tersebut masih tetap merupakan agen-agen perubahan yang tidak bisa ditinggalkan. Pelajaran kedua dari pengalaman-pengalaman abad ke 20 ialah bahwa kaum sosialis masih harus mengembangkan strategi-strategi ekonomi yang berkesinambungan, di Kuba dan Swedia memperlihatkan kemajuan-kemajuan social haruslah diletakkan dibawah keberhasilan ekonomi dan kemajuan-kemajuan social ini akan terancam manakala ekonomi goyah
Membangun Kembali Suatu Visi Sosialis
Pasca Seattle dan kejadian-kejadian dramatis lainnya yang memperlihatkan penentangan terhadap globalisasi kapitalis, banyak orang yang sekarang ramai membicarakan kapitalisme dan menggambarkan diri mereka sebagai anti-kapitalis. Masih perlukah kita dengan suatu visi mengenai alternative lain dari kapitalisme? Tak ada yang menyangkal bahwa ada beberapa kapitalisme yang lebih baik dari pada yang lainnya terutama sebagai dampak perjuangan-perjuangan kaum buruh dan gerakan-gerakan kerakyatan yang mengubah situasi.
Tema-tema hak milik bersama, koperasi, kesetaraan semacam itu, dan penolakan terhadap relasi pertukaran mengiringi banyak kritik terhadap kapitalisme ketika kapitalisme berkembang pada abad kedelapanbelas dan awal abad kesembilanbelas di Eropa Barat, tema-tema itu secara khusus menjadi bagian dari penolakan terhadap perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh kapitalisme atas masyarakat pedesaan. Kapitalisme dengan kompetisi dan pertarungan persaingannya, dianggap sebagai irasional dan lebih rendah derajatnya ketimbang suatu masyarakat yang didasarkan pada kerjasama antar-manusia.
Tujuan dan Cara-cara Kaum Sosialis Awal
Inti dari tujuan kaum sosialis ialah menciptakan suatu masyrakat yang akan memungkinkan perkembangan secara utuh potensi dan kemampuan manusia. Dalam masyarakat yang terdiri atas produsen-produsen yang berasosiasi seperti yang dilukiskan oleh Marx perkembangan segala sisi dari orang-orang akan didasarkan pada “penundukan diri mereka terhadap produktivitas komunal dan social sebagai bagian dari kemakmuran social mereka”.
Bagi sedemikian banyak kaum sosialis abad kesembilanbelas cara untuk menciptakan masyarakat baru adalah dengan menarik masyarakat dari kapitalisme dan membuktikan bahwa suatu alternative masyarakat yang non-kapitalis adalah masyarakat yang lebih unggul tatanan social dan ekonominya; bagi Marx gagasan semacam itu merefleksikan suatu masa ketika kejahatan-kejahatan kapitalisme memang sudah memperlihatkan diri, namun belum cukup berkembang untuk bisa menyingkapkan syarat-syarat riil bagi gerak perubahannya.
Sosialisme Tidak Jatuh Dari Langit
Tak ada system ekonomi baru yang jatuh begitu saja dari langit. Alih-alih jatuh dari langit atau muncul secara murni dan lengkap dari konsepsi-konsepsi para intelektual, kekuatan-kekuatan produktif dan relasi-relasi produksi yang baru muncul dalam dan bertentangan dengan bangunan masyarakat lama. Ketika anda memahami bahwa sosialisme merupakan suatu proses maka anda akan memahami bahwa jawaban terhadap adanya kecacatan-kecacatan seperti orientasi terhadap diri sendiri, rasisme dan patriartki bukanlah dengan membangun institusi-institusi yang melanggengkan semua itu.
Sosialisme secara niscaya berakar pada masyarakat-masyarakat tertentu. Dan itulah mengapa ketergantungan terhadap model-model universal tertentu secara detail bisa menyesatkan kita. Kita semua juga memulai proses konstruksi sosialis dari posisi yang berbeda-beda dalam hal tingkatan pembangunan ekonominya dan hal tersebut jelas-jelas berpengaruh seberapa jauh aktivitas awal kita bergantung pada sumber-sumber daya kita harus dikerahkan demi membangun masa depan
Membangun Sosialisme Abad XXI
Kita harus memahami bahwa sosialisme abad keduapuluh satu tak boleh menjadi suatu masyarakat yang statis di mana keputusan-keputusan diturunkan dari atas ke bawah dan dimana segenap prakarsa berada ditangan para pejabat Negara dan kader-kader garda depan yang terus memproduksi dirinya sendiri. Justru kaera sosialisme terfokus pada perkembangan diri manusia, sosialisme menekankan adanya kebutuhan akan suatu masyarakat yang demokratis, partisipatoris dan protagonistik, suatu masyarakat yang didominasi oleh suatu Negara yang terlalu berkuasa tak akan bisa membentuk makhluk-makhluk manusia yang bisa merekonstruksi sosialisme.
Sosialisme tidaklah sama dengan totalitarianisme, justru karena manusia-manusia itu berbeda dan memiliki kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda maka keragaman perkembangan diri mereka secara definitive harus diakui dan dihormati. Kita juga harus mengakui bahwa sosialisme bukanlah penyembahan terhadap teknologi suatu penyakit yang telah menjangkit Marxisme dan yang di Soviet mengambil bentuk banyaknya pabrik, pertambangan dan pertanian kolektif untuk menciptakan apa yang disebut sebagai ekonomi skala. Dan kita sekarang tahu bahwa sosialisme tidak bisa dibangun dari atas lewat usaha-usaha dan bimbingan suatu garda depan yang memegang semua prakarsa dan tak mempercayai perkembangan diri dari massa rakyat.




Refrensi
Supriyadi Eko. 2003. Sosialisme Islam: Pemikiran Ali Syari’ati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Newman Michael. 2006. Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif Atas Neoliberalisme. Yogyakarta: Resist Book.
Lebowitz A. Michael. 2009. Sosialisme Sekarang Juga. Yogyakarta: Resist Book.