Senin, 12 Desember 2016

Catatan Kuliah




Sabtu lalu kuliah dengan Prof Munir Mulkhan, beliau memberikan tulisan2nya yg dimuat oleh Kompas dan Jawa Pos pada kamis 1 Desember 2016.

Manusia Pembelajar

Dalam tulisan ini prof munir menempatkan posisi beliau sebagai akademisi dan cendikiawan yg tdk puas melihat sistem pendidikan yg involutif dan indoktrinatif, ia menyebutnya 'ketiadaan jangkar nilai' sebagai problem fundamental dalam pendidikan nasional, terutama pendidikan islam. Ia merujuk pada tokoh Islam abad ke 12 Al Ghazali yg merupakan prototipe dari kemunduran keintelktualan islam dalam perkembangan selanjutnya. Ghazali lebih menekankan hal2 yg transendensi, menjunjung nilai2 mistik serta mengutamakan kehidupan akhirat dan kecanduan menatap serta bertemu allah swt.

Al ghazali menolak filsafat paripatetik yunani (plato, aristoteles, plotinus) dan menganggap haram bagi mereka yg mengharapkan akhirat (Rochiati, 2015: 33) dengan menolak reason Ghazali telah mereduksi potensi manusia yg utuh. Ia menganggap manusia hanya berorientasi pada agama/tauhid/keyakinan (empiris) namun tidak melihat potensi rasio dan nalar (rasionalis). Oleh sebab itu Prof Munir mengatakan gejala yg lebih masif berlangsung di lingkungan pendidikan islam yg cenderung menempatkan kreativitas sebagai semacam "dosa" yg harus dihindari.

Tan Keno Kinoyo Ngopo

Tulisan kedua dr prof munir yg coba saya intepretasi, beliau menempatkan posisinya sebagai cendekiawan yg mulai resah dengan problem isu2 keagamaan hari ini. Ia memilih diksi jawa agar terlihat seorang cendekia yg tdk tendensius. Tuhan sebagai Tan keno kinoyo ngopo (tidak bisa digambarkan seperti apa) namun hari ini kecenderungan umat memiliki tafsiran masing2 atas keyakianannya, sehingga ada proses pemutlakan dan jika ada sesuatu pandangan lain dianggap sesat bahkan kafir. Saya teringat Terry Eagleton dalam "On Evil" bahwa yg transendensi itu bukan lagi vertikal (langit-bumi) namun sudah menjadi horizontal (membumi). Jadi apa yg dikatakan seorang Nietzsche bahwa tuhan telah mati itu yg saya yakini memang benar, sebab yg membunuh tuhan itu sendiri adalah umat yg sedang kecanduan.

Salam.. 12 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar