Pemberontakan di Banten tahun
1888 merupakan suatu fenomena tersendiri. Tetapi peristiwa tersebut
bukanlah suatu tindakan yang tiba-tiba dari petani yang tidak tahu
apa-apa, yang mengamuk karena fanatik agama, seperti yang pernah
dikesankan oleh beberapa laporan. Sejak pertama sudah jelas bahwa
pemberontakan ini merupakan suatu pemberontakan yang telah dipersiapkan
dan direncanakan secara matang serta mempunyai lingkup yang jauh
melampaui batas-batas kota kecil Cilegon. Peristiwa itu merupakan
kulminasi suatu gerakan pemberontakan yang selama bertahun-tahun
berlangsung baik secara terang-terangan atau pun rahasia.
Berbagai
peristiwa yang terjadi menunjukkan bahwa tarekat merupakan sarana
penyebaran informasi rahasia dan komunikasi diantara anggota gerakan
yang yang efektif. Informasi disalurkan melalui tarekat secara rahsia
dan sedemikian rupa sehingga pejabat-pejabat pemerintah tidak menduga
sedikitpun apa yang sedang terjadi. Pertemuan-pertemuan tersebut telah
mempersatukan para kyai selaku pemimpin gerakan di daerah masing-masing.
Dengan menggunakan ruang keagamaan, mereka saling tukar pengalaman dan
membicarakan strategi kampanye.
Pemimpin-pemimpin Gerakan
Haji Abdul Karim
Haji
Abdul Karim, ulama besar dan orang suci di mata rakyat, adalah yang
paling menonjol diantara pemimpin-pemimpin gerakan itu. Haji Abdul Karim
adalah seorang pemimpin dan guru tarekat Qadiriah.
Kyai Haji Tubagus Ismail
Kepemimimpinanya
diakui oleh orang-orang Banten, selain berasal dari keturunan
bangsawan, ia juga dikenal sebagai cucu Tubagus Urip yang telah dianggap
sebgai Wali Allah. Beliau tidak mencukur rambutnya seperti lazimnya
seorang haji, dan dalam berbagai jamuan beliau hampir tidak mau makan
apapun.
Pematangan Gagasan Pemberontakan
Sudah sejak tahun
1884 gagasan mengenai pemberontakan muncul. Dalam satu pertemuan di
rumah Haji Wasid di Beji diputuskan untuk mencari pengikut dari kalangan
santri. 26 Pertemuan diadakan diberbagai tempat yang dihadiri oleh
sebagian besar pemimpin pemberontak setempat. Guru-guru tarekat
ditugaskan untuk menyebarkan gagasan itu dan mencari pengikut.
Pejabat-pejabat Eropa merasa cemas melihat kegiatan yang sangat
meningkat dalam kehidupan agama rakyat, akan tetapi mereka ditenangkan
oleh pejabat-pejabat Banten yang tidak melihat hal-hal yang membahayakan
dalam manifestasi-manifestasi keagamaan itu. Pertemuan-pertemuan yang
paling penting diantara anggota gerakan seringnya memanfaatkan
acara-acara pesta, seperti perkawinan atau sunatan. Pertemuan-pertemuan
yang lebih kecil menggunakan pertemuan zikir. Para pemberontak begitu
pandai merahasiakan strategi gerakan mereka sehingga selama
bertahun-tahun pemerintah colonial tidak dapat menemukan fakta-fakta
yang bisa dijadikan alasan untuk menangkap mereka.
Meluasnya Semangat Revolusioner Dan Beberapa Persiapan
Persiapan
selama berbulan-bulan dilakukan untuk melancarkan pemberontakan. Dalam
empat bulan terakhir, tahun1887, kegiatan anggota-anggota gerakan sangat
meningkat, mereka adakan pertemuan-pertemuan, melakukan perjalanan dan
mempropagandakan perjuangan serta melatih para santri untuk bertempur.
Saat itu, semangat pemberontakan sudah mencekam anggota-anggota tarekat.
Mereka menyadari bahwa gerakan mereka sudah mencapai banyak kemajuan,
dan mereka memutuskan untuk memperluas persiapan-persiapan pemberontakan
dan mengikutsertakan orang-orang di luar tarekat.
Kegiatan-kegiatan
persiapan pemberontakan selama tiga bulan terakhir tahun 1887 dan
pertengahan pertama tahun 1888, ditandai oleh factor-faktor sebagai
berikut : (1) latihan pencak dipergiat ; (2) pengumpulan dan pembuatan
senjata ; (3) propaganda di luar Banten dilanjutkan.
Kegiatan-kegiata
propaganda juga masih terus dilancarkan, dengan jalan membakar
semangat mereka melalui khotbah-khotbah tentang ramalan-ramalan dan
ajaran tentang Perang Sabil, dan mendorong mereka untuk memakai jimat
dan ikut dalam pertemuan-pertemuan keagamaan. Kegiatan-kegiatan gerakan
benar-benar ditingkatkan, dan salah satu buktinya yang nyata adalah
seringnya diadakan pertemuan oleh pemimpin-pemimpin pemberontak hampir
setiap minggu. Haji Abdulsalam ditugaskan untuk menyediakan
senjata-senjata gelap, ia dibantu oleh Haji Dulgani dan Haji Usman.
Enam Bulan Terakhir Tahap Persiapan
Pada
tanggal 12 bulan Ruwah atau 22 april 1888 pertemuan diadakan di rumah
Haji Wasid di Beji. Pada akhir pertemuan, ketiga ratus orang tamu
berkumpul di mesjid dimana para kyai dan murid-murid mereka bersumpah ;
pertama, bahwa mereka akan ambil bagian dalam Perang Sabil, kedua bahwa
mereka yang melanggar janji akan dianggap sebagai kafir, ketiga bahwa
mereka tidak akan membocorkan rencana mereka kepada pihak luar.
Mereka
dengan khidmat berjanji akan membunuh semua orang Eropa dan semua
pejabat pemerintah. Keputusan-keputusan lain yang telah diambil adalah
mengenai hal-hal sebagai berikut ; untuk setiap empat puluh orang akan
diangkat seorang pemimpin kelompok, pakaian-pakaian akan dikumpulkan dan
dipakai dalam pertempuran, setiap orang yang telah mengucapkan sumpah
akan menandatangani pengukuhannya secara tertulis.
Menjelang Pemberontakan
Haji
Abdurrakhman memberikan laporan mengenai pertemuan di Trumbu dan
menambahkan bahwa ia telah ditugaskan untuk membunuh wedana Ciruas,
asisten residen Kalodran, dan penghulu sub-distrik (kecamatan), setelah
ia selesai dengan tugasnya di Serang, ia lalu memerintahkan pasukan
untuk mengasah golok mereka dan membagi-bagikan jimat dan pakaian putih.
Dua hari kemudian barisan terus bertambah besar, bersenjata golok dan
tombak, serta dipimpin oleh Haji Wasid dan Haji Tubagus Ismail. Mereka
bergerak dari Cibeber ke arah Saneja, salah satu titik terpenting dimana
mereka sedang menantikan aba-aba untuk menyerang.
Tempat dan waktu terjadinya pemberontakan
Pemberontakan petani Banten merupakan suatu reaksi terhadap
kolonialisme Barat di Banten sendiri. Sekitar tahun 1888 terjadi
pemberontakan di daerah Anyer ujung Barat Laut Pulau Jawa.
Latar Belakang Pemberontakan
Latar belakang pemberontakan didasarkan pada berbagai aspek. Diantara
aspek yang dimaksud adalah aspek sosial ekonomi, politik, kebangkitan
agama, keresahan sosial dan lain lain.
· Aspek sosial-ekonomis
Aspek
sosial-ekonomi masyarakat Banten pada saat itu merupakan bermata
pencaharian pertanian. Dari sanalah muncul adanya patron and clien
antara pemilik tanah dan penggarap tanah. Dengan datangnya pemerintaha
kolonial Belanda, maka terjadi penguasaan atas tanah dan penerapan
sistem pajak berupa penghasilan. Pajak yang harus diberikan merupakan
seperlima penghasilan yang diserahkan. Maka memunculkan pemberontakan
antara rakyat dan pemerintahan.
· Politik
Perkembangan
politik Banten pada saat itu merupakan mayoritas bersifat
ketradisionalan. Golongan tradisional yang hampir mendominasi masyarakat
banten. Sultanlah yang menjadi penguasa dan rakyat harus tunduk kepada
penguasanya. Ketika Belanda datang, kekuasaan sultan menjadi
boneka-boneka Belanda yang nantinya digunakan untuk memeras rakyat.
Pamong praja di bentuk oleh belanda. Dari sanalah terjadi ketegangan
karena sistem baru itu merugikan rakyat.
· Kebangkitan agama
Seperti
halnya daerah lain, kebangkitan agama terjadi di Banten. Sebagai respon
terhadap westernisasi. Kebangkitan ini dipimpin oleh seorang haji yang
nantinya sekaligus memimpin pemberontakan yang karismatik.
· Keresahan sosial
Keresahan
sosial yang terjadi di Banten memiliki peranan dalam terjadinya
pemberontakan. Faktor-faktor yang ikut menyebabkan terjadinya pergolakan
pergolakan dan keresahan sosial adalah kompleks dan beraneka ragam
seperti disintegrasi tatanan tradisional dan proses yang menyertainya,
yakni semakin memburuknya sistem politik, dan tumbuhnya kebencian
religious terhadap penguasa penguasa asing, sangat menonjol dalam banyak
pemberontakan di Banten.
Ditambah lagi adanya pamong praja yang
menghasut masyarakat karena mereka kecewa terhadap pemerintahan
kolonial. Hal ini memunculkan terjadinya permusuhan dengan pihak pamong
praja.
Pemberontakan
Pemberontakan petani banten
merupakan suatu pemberontakan secara terencana dan tersusun secara
tertutup. Peristiwa ledakan di Cilegon menjadi bukti aktivitas mereka,
dan yang seorang hajilah yang menjadi peranan penting didalamnya. Salah
satu diantara haji-haji tersebut adalah Haji Abdul Karim. Setelah Haji
Abdul Karim kemudian muncullah Kiayi Haji Tubagus Ismail yang
menggiatkan kembali pemberontakan.
Kematangan
pemberontakan terjadi setelah banyak mencari pengikut, yaitu pengikut
haji Marjuki, haji Wasid dll. Kegiatan-kegiatan persiapan pemberontakan
selama tiga bulan terakhir tahun 1887 dan pertengahan pertama tahun
1888, ditandai oleh factor-faktor sebagai berikut : (1) latihan pencak
silat (2) pengumpulan dan pembuatan senjata (3) propaganda di luar
banten dilanjutkan. Kegiatan-kegiatan lain diteruskan seperti menghasut
khotbah tentang ramalan-ramalan dan ajaran tentang perang sabil, dan
mrndorong mereka untuk memakai jimat dan ikut dalam pertemuan-pertemuan
keagamaan. Kegiatan-kegiatan gerakan benar-benar ditingkatkan, dan
salah satu buktinya yang nyata adalah seringnya di adakan pertemuan
oleh pemimpin-pemimpin pemberontak hamper setiap minggu.
Pemberontakan ini terjadi pada tanggal 9 Juli tahun 1888. Mereka
melakukan pemberontakan di daerah Cilegon dengan maksud untuk membunuh
pejabat-pejabat yang termasuk dalam birokrasi kolonial. Mereka tidak
peduli meskipun harus membunuh pribumi bila para pribumi itu bekerja
pada Koloni Belanda. Adapun mereka tidak membunuh seseorang bila orang
itu mengucapkan kalimat syahadat. Serangan yang dilaksanakan kaum
pemberontak pada tanggal 9 Julia ini merengut hampir semua pejabat
terkemuka di Cilegon. Seperti Dumas yang merupakan juru tulis pada
pengadilan distrik menjadi korban pertama pada pemberontakan ini.Mereka
menyerang rumah-rumah pejabat kolonial dan membakar habis rumah serta
arsip arsip penting pemerintahan kolonial.
Penumpasan pemberontakan
Kekalahan
yang terjadi di Toyomerto menjadi titik awal kehancuran pemberontakan
ini. pasukan mereka tercerai berai sehingga pasukam militer Belanda
memenangkan pertempuran. Satu persatu pemimpin pemberontakan wafat dan
yang masih hidup ditawan dan sebagian dihukum mati. Namun setelah
berakhirnya pemberontakan yaitu pada tahun 1889 muncul gerakan
pemberontakan baru yang dipimpin oleh Haji Ahmad namun desas desus itu
sudah diketahui oleh pemerintah kolonial dan dapat diredam dengan mudah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar